Jumat, 13 Mei 2011

Surakarta dalam Media Massa Internasional Zaman Doeloe

Solo atau secara resmi dikenal sebagai Surakarta ternyata telah dikenal dunia jauh sebelum Indonesia merdeka. Banyak penulis / jurnalis luar negeri yang datang berkunjung ke Surakarta sejak abad 19 karena tertarik dengan keunikan kota terbesar kelima pada zaman kolonial ini. Yang menjadi pusat perhatian tentunya pusat budaya dan pemerintahan saat itu, yaitu Keraton Kasunanan dan Pura Mangkunegaran. 



Majalah LIFE Amerika tahun 1936 mengulas tentang Perayaan Ulang Tahun ke 72 Sunan Pakubuwono X..


Salah satu dinasti tertua di dunia adalah dinasti keluarga raja Surakarta di Jawa bagian tengah, Sultan Paku Buwono X, yang dikenal oleh 2.260.000 penduduk Jawa sebagai "Sang Bijak / Ingkang Wicaksana", darah ningratnya bermula semenjak abad 8 masehi. Di bawah naungan Ratu Wilhelmina dari Belanda, beliau menguasai satu diantara dua kesultanan asli di tanah Belanda pada sisi dunia yang lain. Petinggi di atasnya adalah residen M.J.J. Treur yang mana dipanggil sebagai "Saudara tua". Baru-baru ini, sang Sultan merayakan ulang tahunnya yang ke-72 dan mengundang "Saudara tua" untuk ikut menghadiri pesta di istananya. Selain itu, yang ikut hadir adalah 4 istri resminya, 11 istri tidak resmi, 44 putra putrinya, 88 cucunya, 20 cicitnya - dan turut diundang pula fotografer pertama Eropa yang diundang untuk meliput pesta ulang tahun Sang Sultan. Berhubung Paku Buwono masih memegang teguh tradisi istana Jawa - Melayu, seluruh 6000 abdi dalem, pegawai, prajurit, pembantu, dan para selir istana diperindah untuk perayaan pesta tiga hari tersebut.     


Sembilan putri istana menarikan tari kuno Jawa, Bedoyo, di hadapan Sultan dan para hadirin
r
Tamu undangan dan para putra Sultan bersimpuh di hadapan ayah mereka

Perjanjian tahun 1750 antara VOC dan Sultan Surakarta membagi kekayaan tanah kekuasaan seluas 2,408 meter persegi (seukuran Delaware). Dengan demikian, istananya dipermewah dengan kanopi sutra, lampu kristal, dan pegawai istana dengan lencana emas. Karena Sang Paku Buwono tertarik dengan barang-barang modern, Paku Buwono "Sang Bijak" memiliki sebuah mobil Amerika dan pesawat Inggris. Namun, karena jantungnya yang lemah, dokter pribadi kerajaann didikan Paris melarangnya untuk terbang, namun beliau tidak mematuhi anjuran dokternya. Pakaian Kepala Pegawai Istana dibuat dalam gaya Culberston. Selain itu, beliau juga mengoleksi medali penghargaan dari berbagai negara dunia. Separuh dari negara dunia direpresentasikan dalam medali penghargaan pada jas velvetnya. Musim semi yang lalu, beliau memprotes ke Konsulat Amerika Serikat, Jenderal Walter A. Foote karena Amerika belum memberikannya penghargaan.

Para abdi dalem Sultan telanjang kaki, berbalut bawahan kain batik, dilarang berdiri di hadapan Sultan. Jikalau mereka hendak pergi, mereka harus merangkak dengan tetap bersimpuh

Pada pesta jamuan makan malam, sang Tuan Rumah (memakai jas fez) dan "Saudara Tua (dengan jas putih) menghadap kamera. Umur Paku (72) tertera pada vas bunga


Berhubung Sang Sultan menyukai parade, Belanda mengizinkannya untuk memiliki kelompok prajurit kecil demi hasrat keindahannya. 

Dari artikel Majalah LIFE edisi 7 Desember 1936 tersebut dapat disimpulkan bahwa :
PB X itu sangat kaya
PB X memiliki dokter pribadi dengan pendidikan dari Perancis (dr.Rajiman Widyodiningrat kah yang dimaksud??)
PB X Memiliki Mobil pribadi dari Amerika (PB X adalah pemilik mobil pertama di Indonesia thn 1894 merk Benz)
PB X memiliki pesawat pribadi buatan Inggris
PB X memiliki 6000 pembantu/abdi dalem/prajurit
PB X memiliki tanda penghargaan/medali dari separuh lebih negara di dunia (saat itu)
Batik sudah dikenal dunia saat itu 


Woowww...PB X ternyata memang raja yang kaya..Kekayaan dan kekuasaannya pada akhirnya bermanfaat untuk kepentingan perjuangan nasional juga (salah satu buktinya adalah pendirian Tugu Lilin, Tugu Kebangkitan Nasional, atas restu dari Susuhunan)



Ternyata KGPAA Mangkunegoro VII beserta istrinya, Gusti Ratu Timur, dan putrinya, Gusti Nurul, pernah dimuat juga dalam majalah bergengsi Amerika "LIFE" edisi 25 Januari 1937. Majalah itu memberitakan Pernikahan Putri Juliana dan Pangeran Bernhard yang menghadirkan putri MN VII yaitu Gusti Nurul untuk menari pada acara pernikahan mereka.












Gusti Nurul berusia 15 tahun saat itu, dan merupakan putri yang pandai menunggang kuda, berenang, dan bermain tenis, sehingga menjadi dambaan para Nasionalis seperti Sukarno. Konon, gamelannya (Kanjut Mesem) dibunyikan dari Pura Mangkunegaran kemudian dipancarkan via radio SRV   sampai ke Belanda saat mengiringi Gusti Nurul menarikan tari serimpi. SRV merupakan perintis stasiun radio pribumi di tanah air.


Kepergian MN VII juga diberitakan oleh koran Singapura The Straits Time, 13 Oktober 1936 halaman 19, bunyinya "The Mangkunegoro and the Ratu Timur of Solo will go to Holland to attend the wedding of Princess Juliana and Prince Bernard"


Banyak yang berkata "Solo itu pro Belanda", atau "Keraton Solo lemah dan tidak mau bergabung dengan NKRI makanya bukan Daerah Istimewa". Kalau mendengar hal itu, perasaan saya jadi miris karena hal itu tidak benar sama sekali. Solo, baik Keraton Kasunanan maupun Mangkunegaran sebagai pemerintahan di Solo saat itu, ikut berjuang bersama Sukarno mempertahankan NKRI. Bahkan, biaya keberangkatan rombongan Indonesia menuju KMB dibiayai oleh Keraton dan Mangkunegaran.



Majalah LIFE tahun 1946 memperlihatkan Sunan PB XII berdiksusi dengan Sukarno. Tampak BENDERA MERAH PUTIH di atas meja PB XII. Artikel tersebut juga dengan tegas menyatakan 100% Jawa mendukung revolusi anti belanda dan perjuangan tersebut didukung oleh dua kerajaan SURAKARTA dan YOGYAKARTA


Ini adalah saat Sukarno dan Hatta berdiskusi dengan Mangkunegoro di Penopo Pura Mangkunegaran.


Tak hanya sampai di situ, majalah LIFE edisi 13 Februari 1950 (pasca KMB) secara ekslusif menampilkan keunikan kehidupan di Indonesia dalam "The New Nation of Indonesia" sebanyak 14 halaman, dan Surakarta ikut diceritakan.




Atas : penari Bali menarikan tarian yang diambil dari kisah Ramayana, banyak dari tarian Indonesia yang diambil dari kisah Hindu tersebut
Tengah : Tarian Istana untuk Sang Susuhunan Surakarta yang masih muda, tema tariannya "menciptakan kesejahteraan"
Bawah : Seorang kerabat Susuhunan Surakarta menarikan tarian dengan berperan sebagai raja jahat diambil dari kisah Mahabarata




Tarian di Indonesia Anggun dan Unik, tarian di Bali dibandingkan Jawa lebih dinamis dan cenderung menampilkan "kesurupan" roh jahat sementara tarian di jawa lebih lembut dan lebih formal. Kedua macam tarian diiringi musik gong yang indah dan para penarinya mengenakan kostum keemasan
Kiri atas dan bawah : tarian di Bali dimana penarinya terhiopnotis untuk bertarung dengan roh jahat
Kanan : Putri Istana Surakarta menarikan tari Serimpi, sebuah mahakarya seni.


Sebenarnya masih banyak lagi jurnalis jurnalis luar yang berkunjung ke Surakarta dari abad 19. Mereka tertarik dengan keunikan budaya dan tradisi di Surakarta. Semoga Surakarta bisa lebih mendunia lagi ;)











1 komentar:

  1. Dua jempol untuk postingannya! Maaf kalau boleh tahu, apa saja nama media masa yang memuat hal-hal memgenai keraton kasunanan dan pura mangkunegaran? Apa aja detailnya? Terimakasih :)

    BalasHapus